Sabtu, 14 Mei 2011

Mengapa Wanita Memilih Hidup Melajang

Fenomena banyak wanita di belahan dunia maju , dewasa ini memilih hidup melajang dengan berbagai alasan, di antaranya karena tidak menemukan pasangan yang cocok dan memang tidak berkeinginan untuk menikah.

Salah satu contoh yang terjadi pada wanita Jepang, maka pernikahan hanyalah satu dari banyaknya pilihan hidup yang dapat dilakukan maupun ditinggalkan sama sekali.

Koran Nikkei Shimbun pernah melakukan riset pada tahun 1995 pada wanita usia 30 tahun ke atas yang bekerja di kantoran di Tokyo.
Hasilnya hampir setengah dari responden yakni sekitar 44,2 persen menjawab tidak masalah bila tidak menikah jika tidak menemukan pasangan hidup yang cocok dan sekitar 2 persen menjawab, tidak memiliki keinginan menikah.Di kalangan anak muda, pendidikan dan pekerjaan dianggap dapat menjadi hambatan utama untuk menikah (sumber: Kompas)

Sementara dikalangan usia menengah keatas, bisa jadi karena faktor kemandirian dalam keuangan, telah terbiasa hidup seorang diri, bebas memilih kehidupan yang diinginkan/dipertahankan atau belum menemukan pasangan yang cocok untuk menikah . Kemajuan di bidang ekonomi demikian pesatnya , diikuti oleh sistem pemerintahan yang cukup adil dan jelas , memiliki peranan besar dalam perubahan pola pikir masyarakat Jepang terhadap pernikahan.Para wanita mampu hidup secara finansial dan mandiri , meskipun tidak bersuami. Kemudahan-kemudahan dan saling berebut memberikan after service dalam kehidupan di negara ini juga menyebabkan para wanita tidak memerlukan pertolongan seorang suami ataupun keinginan untuk saling berbagi. Fenomena beberapa tahun yl yakni fenomena DINK alias Double Income No Kids yang sebelumnya cukup nge-trend di kalangan anak muda mulai ditinggalkan, beralih ke hidup melajang ternyata lebih nyaman bagi sebagian besar wanita.

Ditambah dengan banyak wanita yang mulai memiliki paham feminisme sehingga tidak mau terikat tradisi dengan menjadi ibu rumah tangga dan prosedur pernikahan yang merepotkan serta memakan banyak biaya.

Bagi wanita yang berorientasi pada karir, pernikahan dianggap penghalang untuk mencapai tujuan profesional mereka. Pernikahan bagi wanita Jepang modern telah menjadi beban karena harus mengorbankan keinginan pribadi mereka masing-masing untuk kepentingan keluarga.

Untuk bisa mempertahankan gaya hidup mereka, para wanita Jepang modern rela hidup dengan tetap melajang dan menikmati kebebasannya.Bila mereka sedang menjalani hubungan serius /pacaran, maka mereka bisa hidup bersama tanpa menikah. Hubungan sex pranikah, bukanlah sesuatu yang tabu, dan pernikahan bukanlah sesuatu yang menjadi legalitas sex seperti halnya di negara kita, tapi pernikahan menjadi satu komitmen/tanggung jawab untuk saling berbagi diantara mereka dan masyarakat sosial sekelilingnya.

Kehidupan masyarakat di Jepang bebas bersyarat, yakni selama tidak melanggar hukum dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain, maka kehidupan masing-masing individu adalah tanggung jawab masing-masing pribadi. Bahkan untuk memenuhi keinginan melepas syahwat, berbagai sex toys banyak dijual bebas dipusat-pusat pertokoan. Demikian pula , alat kontrasepsi alias si Mr.K begitu mudah diperoleh, karena dijual di pasar modern/mini mart 24 jam , 365 hari dimana saja di seluruh pelosok Jepang. Dengan kemudahan-kemudahan dan cara berpikir masyarakat Jepang secara umum yang membebaskan /melegalkan segalanya asal tidak mengganggu kepentingan umum, maka hal-hal yang berhubungan dengan syahwat adalah sesuatu yang sangat wajar, alami dan bisa diterima dengan akal sehat. Hal ini juga menambah panjangnya list/daftar kenapa wanita Jepang tidak ingin menikah.

Catatan penulis:

Bagiku , yang telah menghabiskan seperempat hidupku di negara ini sangat setuju dengan gaya hidup bebas bersyarat ini, selama bisa membawa hati yang seimbang dengan pikiran, hidup bebas tanpa mengganggu kenyamanan orang lain , maka kehidupan bebas melajang seperti ini sangatlah OK. Egois ? Ya, bila dilihat dari sisi mata orang tua dan tetua, yang tentunya punya nilai-nilai sosial dan wawasan pandangan hidupnya berbeda. Juga bagi teman-temanku yang telah berkeluarga dan mempunyai anak bahkan cucu, maka gaya hidupku mungkin tidak bisa ditolerir. “Apakah tidak kesepian, apa tidak takut sendirian?” begitu tanya mereka. Hm … bagaimana bisa kesepian, selama ada banyak hobi , sehat , belajar memusatkan segalanya/penyerahan diri total pada perencanaanNya, dan DVD Korea yang begitu menyihirku. Takut sendiri? selama DIA ada selalu di hatiku, pastinya tidak akan takut menghadapi segala sesuatunya, karena DIA lebih besar dari segala bentuk ketakutan ini itu . Dari sisiku pribadi maupun teman-teman yang sealiran, sangatlah nyaman hidup seperti ini, karena bisa menjadi “seseorang apa adanya“ tanpa perlu ada polesan2 lainnya, menjadi diri sendiri, awareness akan keberadaan diri, tanpa peduli dengan pandangan /pendapat orang lain. Lahir sendiri, hidup sendiri dan mati sendiri telah menjadi “ gaya hidupku”. Hm…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar