Minggu, 01 Mei 2011

22 April 2011 - JUMAT - Tandus but Teuteup Ijo Royo-royo


07:30 - Kapal merapat di perkampungan Medang Bajo untuk mengambil beberapa perlengkapan dan matras. Anak2 kampung banyak berdatangan mengelu-ngelukan kedatangan kami untuk bermain bersama mereka. Tawa canda terdengar, walaupun bahasa tak dimengerti namun bahasa tubuh dan senyum keramahan  melumerkan kekakuan. David dari negara Don Quisot de la Mancha berkejar2an bersama anak2 itu. Teman-teman banyak yang turun dan masuk ke perkampungan. Explorer sejati, selalu ingin tahu ada apa di sana .....Mata pencarian penduduk setempat sebagai nelayan, hidup miskin, susah mendapat air bersih. Namun motor bodong alias motor tanpa plat banyak ada di sini. Begitu laporan teman-teman yang mendarat. Hm…….


08:30 - Perjalanan lanjut ke Pulau Moyo. Di sini kami terjun renang dari kapal ke pantai. Beriringan kami berjalan menuju ke air terjun undakan Mata Dituju. Hujan semalam membuat jalan tanah hutan kecil becek dan licin. Menyeberangi 3 sungai kecil , tibalah kami di air terjun Mata Dituju, sesuai namanya, mata kami segera tertuju pada ketinggian puncak air terjun terpesona oleh keindahan air terjun berundak-undak tersebut. I-N-D-A-H……. Segera saja semua berlomba2 naik ke atas, katanya tidak licin, karena kapur yang mengeras, tapi airnya coklat bercampur lumpur yang dibawa hujan. Bagiku cukup menikmati dari bawah saja, biarkan yang muda-muda menantang dan menaklukkan alam. Yang tua cukup tahu diri, menikmati semua apa adanya. Hm……


10:30 - Perjalanan lanjut ke pulau Satonda - Dompu melihat danau air asin Satonda. Kawah, yang kini menjadi danau, diduga merupakan akibat dari letusan gunung 10.000 tahun silam. Airnya asin merupakan akibat dari tsunami letusan Gunung Tambora 1815. Hanya ada satu jenis ikan yang hidup di danau itu. Mirip si doctor  fish - Garra Ruffa. Di kedalaman sana terdapat rongga yang mehubungkan danau dengan laut. Sehingga jika air laut pasang, air danau ikut pasang. Untuk mencapai Danau Satonda dari dermaga, pengunjung cukup berjalan mengikuti tapak batu selama sekitar sepuluh menit. Entah bagaimana air danau ini bisa terasa asin, teman2 semua langsung terjun dan bermain di danau. Badan terasa kurang fit, sehingga aku hanya duduk santai di tepi danau , di bawah pohon Kalibuda (pohon harapan) yang penuh dengan batu2 dan coral2 , ada sandal juga bergelantungan. Menurut kepercayaan setempat, setiap orang yang mengunjungi danau tersebut harus menggantung batu atau coral dan “make a wish, so your dream will come true”, kata Yo2k si drunken master, then temen2 pun berlomba-lomba menggantungkan batu di sana. Hm……ajaib, pohon berbuah batu, hati2 aja jangan kena kepala.  Toeing…….. toeing……….


12:30 - Makan siang, saat yang paling ditunggu-tunggu. Menu hari ini adalah nasi putih, mie goreng dan sup sayur, seadanya. Tapi tetep nikmat karena lapar, dan tentu juga karena tidak ada pilihan lain. Apapun itu patut disyukuri.

Pelajaran hari ini , “BERSYUKURLAH SELALU “ dalam berbagai situasi & kondisi.

Selesai makan, perjalananpun terpanjang via laut dilanjutkan, 17 jam pelayaran

menuju Gili Laba. Sepanjang perjalanan via laut ini, terlihat gugusan bukit-bukit berjejer walaupun tandus tapi tetap menghijau, indah sekali. Yang paling terasa selama pelayaran adalah bahwa sesungguhnya Indonesia ini sungguh cantik, ibarat dara desa yang belum mengenal polesan make up, apa adanya. Masih alami. Masih perawan. I-N-D-A-H……… nya alam semesta. Senja menggayut, malampun tiba, makan malam seadanya. Angin lumayan kencang bertiup. Tengah malam , aku terbangun, terasa badai hujan mulai menggoncang kapal. Semua terserang si setan mabuk laut.....@#$%****#$%%^**** mabukkkkkkk........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar